A.
Biologi ikan
nila
1.
Klasifikasi
Secara umum
klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2013), adalah sebagai berikut:
Filim : Chordata
Sub Filum :
Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub Kelas :
Acanthopterigii
Ordo : Percomorphy
Sub Ordo : Percoidea
Famili : Cichilidae
Genus :
Oreochromis
Spesies : Oreochromis Niloticus
2.
Morfologi
Awalnya ikan nila dimasukkan ke dalam
jenis Tilapia nilotica atau ikan dari
golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya.
Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkan ikan nila kedalam
jenis sarotherdonniloticus atau
kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya didalam mulut jantan
dan betinanya.
Para pakar perikanan kemudian memutuskan
bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis
sp. Nama Nilotika menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni Sungai Nil di Benua
Afrika. Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapia. Secara
umum, bentuk tubuh ikan nila panjang tepinya berwarna putih. Gurat sisi (Linea
literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya
lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah
sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung berwarna hitam dan
sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip dadanya juga tampak
hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan
Khairul, 2003)
B.
Daur Hidup dan
Perkembangbiakan
Secara
alami, ikan nila bisa memijah sepanjang tahun didaerah tropis. Frekuensi
pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila bisa memijah
6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan sekali, ikan nila
akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan
dengan bobot sekitar 250 gram (Arie, 2000).
C.
Makan dan
kebiasaan makan
Nila tergolong ikan
pemakan segala atau omnivora sehingga bisa mengomsumsi makanan berupa hewan
maupun tumbuhan. Karena itulah, ikan ini sangat mudah
dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai Ikan Nila adalah zooplankton (plankton
hewani),
seperti Rotifera sp., Moina sp., Daphnia sp.
Selain itu ikan nila juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada
benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh
di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi
berbagai makanan tambahan, misalnya Pellet (Arie, 2000)
D. Habitat
dan Penyebaran
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
hidupnya sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di
dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari
sungai, danau, rawa, waduk, sawah, kolam hingga tambak.
Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran
suhu 14-38ºC dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37ºC. Untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimal bagi ikan nila adalah 25-30ºC.
Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah
dari 14ºC atau pada suhu tinggi 38ºC. Ikan Nila akan mengalami kematian pada
suhu 6ºC atau 42ºC (Sucipto dan Prihartono, 2007).
Secara alami ikan ini melakukan migrasi
dari habitat aslinya, yakni dibagian hulu sungai Nil yang melewati Uganda ke
arah selatan melewati danau Raft dan Tanganyika. Selain itu ikan nila juga
terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di
kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria dengan campur tangan manusia, saat ini
ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari Benua Afrika, Amerika,
Eropa, Asia sampai Australia (Khairuman dan Khairul, 2003).
E. Teknik
Budidaya
1. Tahapan
operasional pembenihan
a. Pemilihan
lokasi
b. Pengadaan
induk
c. Pemeliharaan
induk / pematangan gonad
d. Pemijahan
e. Penanganan
telur
f. Perawatan
larva
g. Penyediaan
pakan
h. Penanganan
dan penanggulangan penyakit
i. Panen
2. Persyaratan lokasi
a. Persyaratan
dan lokasi yang baik untuk budidaya ikan nila adalah sebagai berikut:
1)
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan
adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat
menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
2)
Kemiringan tanah yang baik untuk
pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
3)
Ikan nila cocok dipelihara di dataran
rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4)
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan
nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia
beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh
pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air
disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau
kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan
plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air
karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang
baik antara 20-35 cm.
5)
Debit air untuk kolam air tenang 8-15
liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak
dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6)
Nilai keasaman air (pH) tempat hidup
ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal
adalah antara 7-8.
7)
Suhu air yang optimal berkisar antara
25-30o
C.
8)
Kadar garam air yang disukai antara 0-35
per mil.
b. Proses
pengolahan lahan
1)
Proses pengolahan lahan (pada kolam
tanah) meliputi :
a)
Pengeringan. Untuk membersihkan
kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
b)
Pengapuran. Dilakukan dengan kapur
Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan
mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
c)
Perlakuan TON (Tambak Organik
Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan
bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr
(2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk
menambah kesuburan lahan.
d) Pemasukan
Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama
3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami ikan nila.
2)
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan
kolam yang dapat dilakukan adalah :
a)
Pembersihan bak dari kotoran/sisa
pembenihan sebelumnya.
b)
Penjemuran bak agar kering dan bibit
penyakit mati. Pemasukan air langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON
dengan dosis sama.
3. Pengadaan
induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang
unggul adalah sebagai berikut:
a. Mampu
memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi.
b. Pertumbuhannya
sangat cepat.
c. Sangat
responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d. Resisten
terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e. Dapat
hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f. Ukuran
induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur
sekitar 4-5 bulan.
Adapun
ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai
berikut:
a. Betina
1)
Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial
yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
2)
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan
pucat tidak jelas.
3)
Warna perut lebih putih.
4)
Warna dagu putih.
5)
Jika perut distriping tidak mengeluarkan
cairan.
b. Jantan
1)
Pada alat urogenetial terdapat 2 buah
lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
2)
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan
terang dan jelas.
3)
Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
4)
Warna dagu kehitam-hitaman dan
kemerah-merahan.
5)
Jika perut distriping mengeluarkan
cairan.
4. Pemeliharaan
induk / pematangan gonad
a. Ciri-ciri
induk nila siap memijah
calon induk terlihat mulai
berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk
tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk
dipijahkan.
b. Perawatan
induk nila:
1)
Selama masa pemijahan dan masa
perawatan, induk ikan nila diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti
makanan buatan (pellet).
2)
Makanan diberikan pagi hari dan sore
hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
3)
Setelah benih berumur seminggu, induk
betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya.
Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak nila sudah berumur 2
minggu.
4)
Segera pisahkan induk-induk yang mulai
lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
5)
Mengatur aliran air masuk yang bersih,
walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
5. Pemijahan
a. Teknik
pemijahan
Pemijahan
adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur
dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah.
Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna
hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24
jam akan menetas menjadi anakan nila.
Pemijahan
ikan nila yang biasa dilakukan dalam dua cara yaitu cara alami dan
cara kawin suntik. Cara alami dilakukan dengan mengawinkan pasangan ikan nila
jantan dan betina pada kolam pemijahan selanjutnya nila akan memijah dengan
sendirinya. Ikan nila yang sudah siap memijah atau pernah dipijahkan
biasanya bisa dikawinkan dengan cara alami.
Pemijahan dengan kawin suntik dilakukan dengan
menyuntikkan kelenjar hipofisa ikan donor yang dicampur dengan cairan air
murni. Ikan donor bisa diambil dari ikan nila konsumsi, sedangkan letak
kelenjar hipofisa berada di daerah otak ikan.
Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang menghasilkan
berbagai hormon, antara hormon yang bekerja terhadap kelenjar kelamin jantan
(testes) Maupun kelenjar kelamin betina (kantong telur).
b. Pengambilan
kelenjar hipofisa
Pengambilan
kelenjar hipofisa biasa dilakukan pada ikan donor yang spesiesnya memakai ikan
Mas sebagai donornya. Hal ini disebabkan kelenjar ikan mas bersifat universal.
Ada
beberapa langkah pengambilan kelenjar hipofisa pada ikan, diantaranya sebagai
berikut :
1)
Timbang ikan donor sesuai dengan dosis.
Sebagai contoh, jika berat induk betina 5 kg (2 ekor), dengan dosis penyuntikan
2 dosis, maka ikan donor yang harus disiapkan adalah sebanyak 10 kg.
2)
Potong ikan donor secara vertikal pada
bagian belakang tutup insang.
3)
Letakkan potongan kepala ikan donor
dengan posisi mulut keatas, lalu potong lagi secara vertikal di atas mata di
bawah hidung. Otak akan terlihat diselimuti lendir atau lemak.
4)
Angkat otak ikan dan buang lendirnya
dengan kapas atau tisue. Setelah bersih akan tampak butiran putih seperti beras
dalam lekukan tulang, itulah kelenjar hypopisa.
5)
Ambil kelenjar hypopisa dengan pinset,
lalu letakan pada alu penggerus. Lakukan berulang-ulang hingga kelenjar
hypopisa dari setiap ikan donor habis. Setelah itu, hancurkan hypopisa dalam
gelas penggerus sampai halus.
6)
Masukan 1 - 1,5 ml aquabides ke dalam
gelas penggerus dan aduk hingga merata. Agar lebih larut, putar dengan
sentrifugal atau pemutar.
7)
Sedot larutan hypopisa dengan alat
suntik bervolume. Kemudian disuntikkan ke punggung ikan mas letaknya 3 sisik
dari atas dan 5 sisik dari tutup insang.
8)
Penyuntikan dilakukan pada pasangan
induk kedua.
c. Langkah-langkah
Memijahkan ikan nila
1)
Siapkan indukan yang siap memijah
(matang Gonad). Ikan nila matang gonad bisa dilihat dari bagian bawah perut
ikan, pada nila jantan jika diurut akan keluar cairan putih dan bentuk lebih
panjang. Sedangkan pada nila betina bentuk bulat pendek, jika diurut akan
keluar telur . Selain itu nila betina yang siap memijah perut nampak gendut.
2)
Siapkan bak pemijahan. Bak pemijahan
berukuran 2 x 3 x 0.8 meter atau ukuran lain menyesuaikan dengan ukuran indukan
yang akan dipijahkan dan situasi. Bak pemijahan bisa menggunakan kolam terpal.
3)
Menyiapkan kakaban. Kakaban merupakan
media untuk bertelur ikan nila. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit memakai
bambu. Diletakkan di dalam kolam dan diberi pemberat agar tenggelam.
4)
Mengisi bak pemijahan dengan air. Isi
bak pemijahan dengan air bersih dan bening, jangan lupa sebelum diisi air,
kolam harus dipastikan bersih dan bebas penyakit. Telur ikan dan burayak
sensitif terhadap penyakit dan jamur.
5)
Memasukkan indukan. Indukan dimasukkan
pada kolam pemijahan pada sore hari dan akan memijah pada malam hari. Jika
dengan penyuntikan sebelum dimasukkan tentu harus disuntik terlebih dahulu.
Jangan lupa menutup bak pemijahan dengan kain hafa/jaring untuk menghindari
ikan nila melompat.
6)
Mengangkat indukan. Pada pagi hari setelah
semua telur menetas, angkat indukan dan pisahkan dari telur. Jika tidak
dipisahkan indukan akan memakan telur-telur tersebut. Ganti sebagian air bak
dengan air bersih.
6. Penanganan
telur
Untuk
penanganannya telur ikan nila biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur
yang telah menempel pada kakaban dapat ditetaskan dalam wadah budidaya
disesuaikan dengan sistem budidaya yang akan diaplikasikan. Selama penetasan
telur, air dialirkan terus menerus. Seluruh telur yang akan ditetaskan harus
terendam air, kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik sehingga telur
menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air seluruhnya.
Telur
yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak
dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai
oksigen yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air,
setiap bak penetasan di pasang aerasi. Telur akan menetas tergantung dari suhu
air wadah penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas
semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin
lama. (Tucker, et al,2004).
Telur-telur
akan menetas menjadi burayak dalam waktu kurang lebih 4 hari kemudian, selama
itu telur-telur yang akan menetas berwarna bening sedangkan yang tidak akan
menetas berwarna putih. Buang dan ambil telur-telur yang tidak menetas dengan
jaring, sedot dengan selang atau cara lain agar tidak mencemari kolam.
7. Perawatan
larva
Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, pada
perawatan larva ini harus dilakukan pengontrolan dengan baik, hal ini
dikarenakan larva ikan sangat rentan terhadap perubahan kualitas air, jika ini
terjadi langkah yang harus dilakukan adalah pemasangan kincir atau blower
agar oksigen dapat masuk kedalam kolam dan karbon dioksida berkurang dan
tidak terjadi persaingan oksigen (Ongkeng, 2012).
Selama masa pemeliharaan larva, Pakan merupakan
salah satu unsur yang sangat penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena
dapat mempengaruhi pertumbuhan larva Ikan Nila. Benih berumur sehari
belum perlu diberi makanan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan
makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
Pakan tambahan di berikan pada larva ikan pada saat
berumur 7-10 hari, pakan tambahan dapat berupa pelet yang di haluskan dengan
cara di gerus kemudian di saring dengan menggunakan tapisan teh tujuannya agar
larva dapat mencerna dengan mudah, Selama pemeliharaan larva ikan nila,
pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu : pagi antara 07.00-08.00
WITA, siang antara 12.00-13.00 WITA dan sore hari antara jam 16.00-17.00 WITA.
8. Pendederan
Pendederan adalah
kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih ukuran
tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran.
a. Kolam
untuk Pendederan
Persiapan
kolam pendederan sebagai berikut:
1)
Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 60
cm, panjang 200 cm dan tinggi 50 cm panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding
kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin sehingga apabila bergesekan dengan
tubuh benih nila tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju
pembuangan air kemiringan dibaut 3 cm diantara kedua ujung lantai, dimana yang
dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang paralon dengan
diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2)
kira-kira 10 cm dari pengeluaran air
dipasang saringan yang dijepit 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam
dinding kolam. Diantara 2 bingkai, dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan
plastik berukuran mess 0,5 – 0,7 mm, kemudian dipaku.
3)
Setiap kolam pendederan dipasang pipa
pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan
dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam.
Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
4)
Minggu ketiga, benih dipindahkan ke
kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring,
tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5)
Kolam pendederan yang baru berukuran 100
x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
b. Pemberian
Pakan
1)
Hari pertama sampai ketiga, benih nila
mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak
menetas.
2)
Hari keempat sampai minggu kedua diberi
makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60% Makanan
tersebut diberikan dengan dosis 70 % x biomasa setiap hari yang diberi dalam 4
kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3
hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir. Benih nila harus dikenalkan
dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50 %. sedikit dari
tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberiaan
zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning
telur, tepung udang, dan sedikit bubur nestum.
3)
Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43 %
x biomasa setiap hari.
4)
Minggu keempat dan kelima diberi pakan
sebanyak 32 % x biomasa setiap hari.
- Minggu
kelima diberi pakan sebanyak 21 % x biomasa setiap hari
- Minggu
ketiga diberi pakan sebanyak 43 % x biomasa setiap hari.
- Minggu
keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
c. Pemindahan
atau pengangkutan benih
Pemindahan
atau pengangkutan benih ikan nila ke tempat pemeliharaan pembesaran dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara tertutup dan dengan cara terbuka.
1)
Cara tertutup, biasanya dilakukan bila
jarak tempat pemeliharaan pembesaran jauh.
a)
kantong plastik yang kuat diisi air
bersih dan benih dimasukan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik
dikeluarkan O2 dari tabung dimasukan kedalam air sampai volume udara dalam
plastik 1/3 -1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
b)
Plastik berisi benih nila dimasukan
dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
2)
Cara terbuka, biasanya dilakukan bila
jarak ke tempat pemeliharaan pembesaran tidak terlalu jauh.
a)
Benih nila dilaparkan terlebih dahulu
agar selama pengangkutan air tidak keruh oleh kotoran nila (untuk pengangkutan
lebih dari 5 jam)
b)
tempat nila diisi air bersih, kemudian
benih dimasukan sedikit demi sedikit jumlahnya tergantung ukurannya. Benih
ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/
liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti ditempat yang teduh.
9. Pembesaran
Pembesaran
ikan nila merupakan tahap pemeliharaan dari hasil pendederan untuk menghasilkan
ikan nila ukuran konsumsi. Ukuran kolam beton tidak terlalu besar dengan
konstruksi dinding berukuran kecil dan berbentuk vertikal. Langkah-langkah
kegiatan dalam pembesaran nila secara intensif dalam kolam beton antara lain,
persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan, pengontrolan, panen dan pasca
panen.
a. Persiapan
kolam
Sebelum
kolam dipergunakan, kolam harus dibersihkan dari lumpur dan semua kotoran yang
menempel pada dinding kolam. Untuk membunuh bibit bakteri dan penyakit yang
menempel pada dinding dan dasar kolam dapat disucihamakan dengan cara dikapur
selama beberapa hari. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran. Air
yang digunakan adalah air sungai yang mengalir ke tiap-tiap kolam. Ketinggian
air dalam kolam sekitar 2/3 bagian atau 4/5 bagian dari kedalaman kolam.
b. Penebaran
benih
Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik, maka pada
hari yang kelima sampai hari ketujuh setelah masa pengisian air kolam dilakukan
akan dilakukan penebaran benih ikan nila. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah ukuran benih ikan yang disebarkan hendaknya berukuran antara 8-12 cm
atau dengan ukuran berat 30 gram/ekor atau sudah bisa memakan pellet dengan
pada tebar sekitar 5-10 ekor/m2. Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 6
bulan atau hingga ukuran berat ikan nila sudah mencapai 400-600 gram/ekor. Penebaran
benih dilakukan setelah kondisi kualitas air dalam kolam stabil. Penebaran
dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu air dalam keadaan rendah dan
dilakukan aklimatisasi suhu untuk menghindari benih ikan stress.
c. Pemeliharaan
Pemberian
pakan dilakukan mulai hari kedua setelah penebaran, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah makanan yang tidak termakan karena setelah penebaran ikan
masih dalam keadaan stress.
Dalam
pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan
alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak,
ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya
pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti Protein 20-30%; Lemak 70%
(maksimal.); dan Karbohidrat 63 - 73%.
d. Pengontrolan
Pengontrolan
terhadap kondisi kolam, pengairan, ikan peliharaan dan keamanan lingkungan
perlu dilakukan setiap hari. Kontinuitas aliran air harus diperhatikan agar
kualitas air kolam pemeliharaan kolam tetap terjaga terutama oksigen terlarut.
Karena kecukupan oksigen akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan ikan
peliharaan. Kondisi kesehatan ikan juga harus selalu dikontrol agar bila ada
yang terlihat sakit dapat segera ditangani baik dengan pencegahan maupun
pengobatan.
e. Penyakit
Ikan
nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh
lingkungan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu
padat, kekurangan makanan, penanganan yang kurang baik dan sebagainya.
Penanggulangan yang paling efektif dilakukan adalah dengan memberikan kondisi
yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
Apabila
sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua
upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan
antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
Untuk
mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah
melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan,
yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan
penyiapan dari permulaan.
No comments:
Post a Comment