Saturday, 1 December 2018

pembenihan ikan nila



A.      Biologi ikan nila
1.    Klasifikasi
Secara umum klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2013), adalah sebagai berikut:
Filim                     : Chordata
Sub Filum             : Vertebrata
Kelas                    : Osteichthyes
Sub Kelas             : Acanthopterigii
Ordo                     : Percomorphy
Sub Ordo             : Percoidea
Famili                   : Cichilidae
Genus                   : Oreochromis
Spesies                 : Oreochromis Niloticus
2.    Morfologi
Awalnya ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkan ikan nila kedalam jenis sarotherdonniloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya didalam mulut jantan dan betinanya.
Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Nama Nilotika menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni Sungai Nil di Benua Afrika. Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang tepinya berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan Khairul, 2003)

B.       Daur Hidup dan Perkembangbiakan
Secara alami, ikan nila bisa memijah sepanjang tahun didaerah tropis. Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan sekali, ikan nila akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram (Arie, 2000).

C.       Makan dan kebiasaan makan
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa mengomsumsi makanan berupa hewan maupun tumbuhan. Karena itulah, ikan ini sangat mudah dibudidayakan.  Ketika masih benih, makanan yang disukai Ikan Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp., Daphnia sp. Selain itu ikan nila juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan tambahan, misalnya Pellet (Arie, 2000)

D.      Habitat dan Penyebaran
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai, danau, rawa, waduk, sawah, kolam hingga tambak.
Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38ºC dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37ºC. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimal bagi ikan nila adalah 25-30ºC. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14ºC atau pada suhu tinggi 38ºC. Ikan Nila akan mengalami kematian pada suhu 6ºC atau 42ºC (Sucipto dan Prihartono, 2007).
     Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya, yakni dibagian hulu sungai Nil yang melewati Uganda ke arah selatan melewati danau Raft dan Tanganyika. Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria dengan campur tangan manusia, saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari Benua Afrika,  Amerika, Eropa, Asia sampai Australia (Khairuman dan Khairul, 2003).

E.       Teknik Budidaya
1.    Tahapan operasional pembenihan
a.    Pemilihan lokasi
b.    Pengadaan induk
c.    Pemeliharaan induk / pematangan gonad
d.   Pemijahan
e.    Penanganan telur
f.     Perawatan larva
g.    Penyediaan pakan
h.    Penanganan dan penanggulangan penyakit
i.      Panen
2. Persyaratan lokasi
a.    Persyaratan dan lokasi yang baik untuk budidaya ikan nila adalah sebagai berikut:
1)        Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2)        Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3)        Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4)        Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5)        Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6)        Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
7)        Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.
8)        Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
b.    Proses pengolahan lahan
1)        Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
a)        Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
b)        Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
c)        Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
d)       Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami ikan nila.
2)        Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
a)        Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
b)        Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama.
3.    Pengadaan induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a.    Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi.
b.    Pertumbuhannya sangat cepat.
c.    Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d.   Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e.    Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f.     Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a.    Betina
1)        Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
2)        Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
3)        Warna perut lebih putih.
4)        Warna dagu putih.
5)        Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b.    Jantan
1)        Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
2)        Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
3)        Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
4)        Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
5)        Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
4.    Pemeliharaan induk / pematangan gonad
a.    Ciri-ciri induk nila siap memijah
calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
b.    Perawatan induk nila:
1)        Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan nila diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti makanan buatan (pellet).
2)        Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
3)        Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak nila sudah berumur 2 minggu.
4)        Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
5)        Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
5.    Pemijahan
a.    Teknik pemijahan
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan nila.
Pemijahan ikan nila yang biasa dilakukan dalam dua cara yaitu cara alami dan cara kawin suntik. Cara alami dilakukan dengan mengawinkan pasangan ikan nila jantan dan betina pada kolam pemijahan selanjutnya nila akan memijah dengan sendirinya. Ikan nila yang sudah siap memijah atau pernah dipijahkan biasanya bisa dikawinkan dengan cara alami.
Pemijahan dengan kawin suntik dilakukan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa ikan donor yang dicampur dengan cairan air murni. Ikan donor bisa diambil dari ikan nila konsumsi, sedangkan letak kelenjar hipofisa berada di daerah otak ikan.
Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang menghasilkan berbagai hormon, antara hormon yang bekerja terhadap kelenjar kelamin jantan (testes) Maupun kelenjar kelamin betina (kantong telur).
b.    Pengambilan kelenjar hipofisa
Pengambilan kelenjar hipofisa biasa dilakukan pada ikan donor yang spesiesnya memakai ikan Mas sebagai donornya. Hal ini disebabkan kelenjar ikan mas bersifat universal.
Ada beberapa langkah pengambilan kelenjar hipofisa pada ikan, diantaranya sebagai berikut :
1)        Timbang ikan donor sesuai dengan dosis. Sebagai contoh, jika berat induk betina 5 kg (2 ekor), dengan dosis penyuntikan 2 dosis, maka ikan donor yang harus disiapkan adalah sebanyak 10 kg.
2)        Potong ikan donor secara vertikal pada bagian belakang tutup insang.
3)        Letakkan potongan kepala ikan donor dengan posisi mulut keatas, lalu potong lagi secara vertikal di atas mata di bawah hidung. Otak akan terlihat diselimuti lendir atau lemak.
4)        Angkat otak ikan dan buang lendirnya dengan kapas atau tisue. Setelah bersih akan tampak butiran putih seperti beras dalam lekukan tulang, itulah kelenjar hypopisa.
5)        Ambil kelenjar hypopisa dengan pinset, lalu letakan pada alu penggerus. Lakukan berulang-ulang hingga kelenjar hypopisa dari setiap ikan donor habis. Setelah itu, hancurkan hypopisa dalam gelas penggerus sampai halus.
6)        Masukan 1 - 1,5 ml aquabides ke dalam gelas penggerus dan aduk hingga merata. Agar lebih larut, putar dengan sentrifugal atau pemutar.
7)        Sedot larutan hypopisa dengan alat suntik bervolume. Kemudian disuntikkan ke punggung ikan mas letaknya 3 sisik dari atas dan 5 sisik dari tutup insang.
8)        Penyuntikan dilakukan pada pasangan induk kedua.
c.    Langkah-langkah Memijahkan ikan nila
1)        Siapkan indukan yang siap memijah (matang Gonad). Ikan nila matang gonad bisa dilihat dari bagian bawah perut ikan, pada nila jantan jika diurut akan keluar cairan putih dan bentuk lebih panjang. Sedangkan pada nila betina bentuk bulat pendek,  jika diurut akan keluar telur . Selain itu nila betina yang siap memijah perut nampak gendut.
2)        Siapkan bak pemijahan. Bak pemijahan berukuran 2 x 3 x 0.8 meter atau ukuran lain menyesuaikan dengan ukuran indukan yang akan dipijahkan dan situasi. Bak pemijahan bisa menggunakan kolam terpal.
3)        Menyiapkan kakaban. Kakaban merupakan media untuk bertelur ikan nila. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit memakai bambu. Diletakkan di dalam kolam dan diberi pemberat agar tenggelam.
4)        Mengisi bak pemijahan dengan air. Isi bak pemijahan dengan air bersih dan bening, jangan lupa sebelum diisi air, kolam harus dipastikan bersih dan bebas penyakit. Telur ikan dan burayak sensitif terhadap penyakit dan jamur.
5)        Memasukkan indukan. Indukan dimasukkan pada kolam pemijahan pada sore hari dan akan memijah pada malam hari. Jika dengan penyuntikan sebelum dimasukkan tentu harus disuntik terlebih dahulu. Jangan lupa menutup bak pemijahan dengan kain hafa/jaring untuk menghindari ikan nila melompat.
6)        Mengangkat indukan. Pada pagi hari setelah semua telur menetas, angkat indukan dan pisahkan dari telur. Jika tidak dipisahkan indukan akan memakan telur-telur tersebut. Ganti sebagian air bak dengan air bersih.
6.    Penanganan telur
Untuk penanganannya telur ikan nila biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur yang telah menempel pada kakaban dapat ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan sistem budidaya yang akan diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus menerus. Seluruh telur yang akan ditetaskan harus terendam air, kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air seluruhnya.
Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang aerasi. Telur akan menetas tergantung dari suhu air wadah penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. (Tucker, et al,2004).
Telur-telur akan menetas menjadi burayak dalam waktu kurang lebih 4 hari kemudian, selama itu telur-telur yang akan menetas berwarna bening sedangkan yang tidak akan menetas berwarna putih. Buang dan ambil telur-telur yang tidak menetas dengan jaring, sedot dengan selang atau cara lain agar tidak mencemari kolam.
7.    Perawatan larva
Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, pada perawatan larva ini harus dilakukan pengontrolan dengan baik, hal ini dikarenakan larva ikan sangat rentan terhadap perubahan kualitas air, jika ini terjadi langkah yang harus dilakukan adalah pemasangan kincir atau blower agar oksigen dapat masuk kedalam kolam dan karbon dioksida berkurang dan tidak terjadi persaingan oksigen (Ongkeng, 2012).
Selama masa pemeliharaan larva, Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena dapat mempengaruhi pertumbuhan larva Ikan Nila. Benih berumur sehari belum perlu diberi makanan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
Pakan tambahan di berikan pada larva ikan pada saat berumur 7-10 hari, pakan tambahan dapat berupa pelet yang di haluskan dengan cara di gerus kemudian di saring dengan menggunakan tapisan teh tujuannya agar larva dapat mencerna dengan mudah, Selama pemeliharaan larva ikan nila, pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu : pagi antara 07.00-08.00 WITA, siang antara 12.00-13.00 WITA dan sore hari antara jam 16.00-17.00 WITA.
8.    Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran.
a.    Kolam untuk Pendederan
Persiapan kolam pendederan sebagai berikut:
1)        Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 60 cm, panjang 200 cm dan tinggi 50 cm panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih nila tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air kemiringan dibaut 3 cm diantara kedua ujung lantai, dimana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang paralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2)        kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Diantara 2 bingkai, dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5 – 0,7 mm, kemudian dipaku.
3)        Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
4)        Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5)        Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
b.    Pemberian Pakan
1)         Hari pertama sampai ketiga, benih nila mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
2)         Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60% Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70 % x biomasa setiap hari yang diberi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir. Benih nila harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50 %. sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberiaan zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang, dan sedikit bubur nestum.
3)         Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43 % x biomasa setiap hari.
4)         Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32 % x biomasa setiap hari.
-   Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21 % x biomasa setiap hari
-   Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43 % x biomasa setiap hari.
-   Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
c.  Pemindahan atau pengangkutan benih
Pemindahan atau pengangkutan benih ikan nila ke tempat pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara tertutup dan dengan cara terbuka.
1)         Cara tertutup, biasanya dilakukan bila jarak tempat pemeliharaan pembesaran jauh.
a)        kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan O2 dari tabung dimasukan kedalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3 -1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
b)        Plastik berisi benih nila dimasukan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
2)         Cara terbuka, biasanya dilakukan bila jarak ke tempat pemeliharaan pembesaran tidak terlalu jauh.
a)        Benih nila dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan air tidak keruh oleh kotoran nila (untuk pengangkutan lebih dari 5 jam)
b)        tempat nila diisi air bersih, kemudian benih dimasukan sedikit demi sedikit jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/ liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti ditempat yang teduh.
9.    Pembesaran
Pembesaran ikan nila merupakan tahap pemeliharaan dari hasil pendederan untuk menghasilkan ikan nila ukuran konsumsi. Ukuran kolam beton tidak terlalu besar dengan konstruksi dinding berukuran kecil dan berbentuk vertikal. Langkah-langkah kegiatan dalam pembesaran nila secara intensif dalam kolam beton antara lain, persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan, pengontrolan, panen dan pasca panen.
a.    Persiapan kolam
Sebelum kolam dipergunakan, kolam harus dibersihkan dari lumpur dan semua kotoran yang menempel pada dinding kolam. Untuk membunuh bibit bakteri dan penyakit yang menempel pada dinding dan dasar kolam dapat disucihamakan dengan cara dikapur selama beberapa hari. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran. Air yang digunakan adalah air sungai yang mengalir ke tiap-tiap kolam. Ketinggian air dalam kolam sekitar 2/3 bagian atau 4/5 bagian dari kedalaman kolam.
b.    Penebaran benih
c.    Pemeliharaan
Pemberian pakan dilakukan mulai hari kedua setelah penebaran, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah makanan yang tidak termakan karena setelah penebaran ikan masih dalam keadaan stress.
Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti Protein 20-30%; Lemak 70% (maksimal.); dan Karbohidrat 63 - 73%.
d.   Pengontrolan
Pengontrolan terhadap kondisi kolam, pengairan, ikan peliharaan dan keamanan lingkungan perlu dilakukan setiap hari. Kontinuitas aliran air harus diperhatikan agar kualitas air kolam pemeliharaan kolam tetap terjaga terutama oksigen terlarut. Karena kecukupan oksigen akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan ikan peliharaan. Kondisi kesehatan ikan juga harus selalu dikontrol agar bila ada yang terlihat sakit dapat segera ditangani baik dengan pencegahan maupun pengobatan.
e.    Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh lingkungan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang kurang baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.

No comments:

Post a Comment

📚 *JADILAH ORANG-ORANG YANG SELALU BERSYUKUR*

📚  *JADILAH ORANG-ORANG YANG SELALU BERSYUKUR* . Al-Imam Ibnul Qoyyim –semoga Allah merahmatinya- menyebutkan sebuah atsar ilahi ; . Al...